Senin, 25 Maret 2013

Beda Khalifah dan Khilafah


Jakarta, NU Online
Meskipun memiliki bunyi yang hampir mirip, khalifah dan khilafah memiliki arti yang sangat berbeda. Khalifah, seperti yang terdapat dalam Al Qur'an adalah pengganti Allah di muka bumi sedangkan khilafah lebih seperti kerajaan saja.
"Tidak ada kata-kata khilafah dalam Al Qur'an, yang ada adalah khalifah," kata wakil ketua Lembaga Bahtsul Masail H Cholil Nafis dalam acara seminar Radikalisme dalam Perspektif Madrasah, yang diselenggarakan di madrasah Aliyah Al Muddatsiriyah Kemayoran, Jakarta Pusat, Sabtu (10/3).
Cholil menjelaskan terdapat dua pemahaman keliru yang perlu diluruskan yang saat ini banyak beredar di masyarakat. Pertama adalah seruan untuk masuk Islam secara kaffah. Oleh kelompok tertentu, arti kaffah dimaknai dengan tafsir perintah mendirikan negara Islam. "Yang benar, masuk Islam secara kaffah, ya jangan tanggung-tanggung dalam berislam. Jangan cari enaknya saja atau yang cocok saja, yang ngak enak atau yang berat ditinggalkan," jelasnya.
Bentuk negara, katanya, adalah sebuah organisasi yang bentuknya bisa apa saja, seperti orang membikin rumah, bisa model minimalis, model betawi atau model lain yang disuka. "Model apa saja boleh, yang penting didalamnya bisa melaksanakan ibadah," katanya.
Negara Indonesia saat ini dalam posisi yang sangat jelas dalam memberikan kebebasan masyarakat untuk beribadah. Kemerdekaan Indonesia merupakan hasil upaya bersama yang harus dipertahankan. "Kelompok yang dulu tidak ikut berjuang dan sekarang ingin membubarkan NKRI termasuk tindakan bughot," tandasnya.
Cholil yang dosen pasca sarjana UI ini mengingatkan para pelajar akan istilah al wala' wal baro yang artinya hanya loyal kepada Allah sehingga segala sesuatu boleh diambil atas nama milik Allah. "Selama hidup, kita tidak bisa dilepaskan dari habluminannas dan habluminallah," terangnya.
Tafsir kedua yang sering tidak tepat adalah jihad fi sabilillah yang dimaknai perintah perang dan membunuh. "Berjihad hanya diizinkan kalau orang mendholimi kita sehingga kita harus mempertahankan diri," paparnya.
Dalam konteks sekarang, pemaknaan yang paling pas terhadap jihad adalah bekerja keras termasuk belajar keras agar pandai. Ia menuturkan, yang dibutuhkan sekarang adalah orang yang berani hidup, bukan berani mati.
Para teroris pelaku bom bunuh diri yang rata-rata masih berusia muda merupakan orang yang mengalami masalah dalam hidupnya, yang lalu mendapat bujukan untuk melakukan jalan pintas, seolah-olah ini jalan yang benar dengan janji akan mendapat bidadari dengan melakukan bom bunuh diri, padahal bisa saja malah masuk neraka.
"Lebih baik adik-adik sekarang belajar keras. Nanti kalau kita pandai dan punya keahlian, pekerjaan akan datang sendiri, tak perlu dicari," imbuhnya.
Ia mengingatkan kepada para pelajar agar jangan sampai keliru dalam mencari guru agama. Jangan sampai semangat untuk menimba ilmu agama malah terjerumus dalam jalan yang salah akibat guru yang keliru. Dikatakannya, orang-orang Betawi zaman dahulu ketika mencari guru agama selalu ditelusuri jejak keilmuannya sehingga bisa dipastikan apa yang diajarkan tidak menyimpang.
Sementara Entang Shobur, kepada sekolah Al Muddatsiriyah mengatakan, gerakan radikal ekstrim tumbuh karena adanya orang yang memiliki semangat agama tapi tidak memiliki ilmu agama yang cukup, dan hal ini kebanyakan terjadi di lingkungan pendidikan umum yang materi keagamaannya kurang memadai.
"Kalau di sekolah al Mutdassiriyah, gurunya selain sarjana pendidikan Islam juga lulusan dari pesantren," ujarnya.
Kampanye fobia Islam juga berusaha memisahkan antara agama Islam dan pengetahuan, dan menempatkan agama hanya pada urusan ibadah saja. "Juga adanya upaya mengkondisikan umat Islam selalu dalam ancaman sehingga selalu ketakutan.
Sumber : http://m.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,1-id,36838-lang,id-c,warta-t,Beda+Khalifah+dan+Khilafah-.phpx
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

1 komentar

  1. Ma'af sebelumnya, penerjemahan kata Khalifah dengan kalimat " pengganti Allah di Bumi ", saya rasa bisa menyebabkan penafsiran yang keliru. Jadi mohon memakai kata yang lebih mengena pada maksud kata khalifah itu sendiri, bukankah manusia diciptakan sebagai pelaksana hukum2 Allah SWT di Bumi. Kalau pakai kata "pengganti", walaupun secara lughah benar, tapi dalam hal ini kata2 terjemahan di atas mungkin agak nyeleneh.

    BalasHapus

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© 2011 Harapan dan Semangat Hidup Seorang Manusia
Designed by Blog Thiet Ke and Iip Irfan Nulhakim
Best view on Chrome Browser
Posts RSSComments RSS
Back to top